Definisi
Kata akhlak diartikan sebagai suatu tingkah laku,
tetapi tingkah laku tersebut harus dilakukan secara
berulang-ulang tidak cukup hanya sekali melakukan perbuatan baik, atau hanya
sewaktu-waktu saja. Seseorang
dapat dikatakan berakhlak jika timbul dengan sendirinya didorong oleh motivasi dari dalam diri dan dilakukan tanpa
banyak pertimbangan pemikiran apalagi pertimbangan yang sering diulang-ulang,
sehingga terkesan sebagai keterpaksaan untuk berbuat. Apabila perbuatan tersebut dilakukan dengan
terpaksa bukanlah pencerminan dari akhlak.
Dalam Encyclopedia Brittanica, akhlak disebut sebagai ilmu akhlak yang mempunyai arti sebagai
studi yang sistematik tentang tabiat dari pengertian nilai baik, buruk, seharusnya benar, salah dan
sebaginya tentang prinsip umum dan dapat diterapkan terhadap
sesuatu, selanjutnya dapat disebut juga sebagai filsafat moral.
Ruang
Lingkup Akhlak
Akhlak pribadi
Yang paling dekat dengan seseorang itu adalah dirinya
sendiri, maka hendaknya seseorang itu menginsyafi dan menyadari dirinya
sendiri, karena hanya dengan insyaf dan sadar kepada diri sendirilah, pangkal
kesempurnaan akhlak yang utama, budi yang tinggi. Manusia terdiri dari jasmani
dan rohani, disamping itu manusia telah mempunyai fitrah sendiri, dengan
semuanya itu manusia mempunyai kelebihan dan dimanapun saja manusia mempunyai
perbuatan.
Akhlak berkeluarga
Akhlak ini meliputi kewajiban orang tua, anak, dan karib
kerabat. Kewajiban orang tua terhadap anak, dalam islam mengarahkan para orang
tua dan pendidik untuk memperhatikan anak-anak secara sempurna, dengan ajaran
–ajaran yang bijak, setiap agama telah memerintahkan kepada setiap oarang yang
mempunyai tanggung jawab untuk mengarahkan dan mendidik, terutama bapak-bapak
dan ibu-ibu untuk memiliki akhlak yang luhur, sikap lemah lembut dan perlakuan
kasih sayang. Sehingga anak akan tumbuh secara sabar, terdidik untuk berani
berdiri sendiri, kemudian merasa bahwa mereka mempunyai harga diri, kehormatan
dan kemuliaan.
Seorang anak haruslah mencintai kedua orang tuanya karena
mereka lebih berhak dari segala manusia lainya untuk engkau cintai, taati dan
hormati. Karena keduanya memelihara,mengasuh, dan mendidik, menyekolahkan
engkau, mencintai dengan ikhlas agar engkau menjadi seseorang yang baik,
berguna dalam masyarakat, berbahagia dunia dan akhirat. Dan coba ketahuilah
bahwa saudaramu laki-laki dan permpuan adalah putera ayah dan ibumu yang juga
cinta kepada engkau, menolong ayah dan ibumu dalam mendidikmu, mereka gembira
bilamana engkau gembira dan membelamu bilamana perlu. Pamanmu, bibimu dan
anak-anaknya mereka sayang kepadamu dan ingin agar engkau selamat dan berbahagia,
karena mereka mencintai ayah dan ibumu dan menolong keduanya disetiap
keperluan.
Akhlak bermasyarakat
Tetanggamu ikut bersyukur jika orang tuamu bergembira dan
ikut susah jika orang tuamu susah, mereka menolong, dan bersam-sama mencari
kemanfaatan dan menolak kemudhorotan, orang tuamu cinta dan hormat pada mereka
maka wajib atasmu mengikuti ayah dan ibumu, yaitu cinta dan hormat pada
tetangga.
Pendidikan kesusilaan/akhlak tidak dapat terlepas dari
pendidikan sosial kemasyarakatan, kesusilaan/moral timbul di dalam masyarakat.
Kesusilaan/moral selalu tumbuh dan berkembang sesuai dengan kemajuan dan
perkembangan masyarakat. Sejak dahulu manusia tidak dapat hidup sendiri–sendiri
dan terpisah satu sama lain, tetapi berkelompok-kelompok, bantu-membantu,
saling membutuhkan dan saling mepengaruhi, ini merupakan apa yang disebut
masyarakat. Kehidupan dan perkembangan masyarakat dapat lancar dan tertib jika
tiap-tiap individu sebagai anggota masyarakat bertindak menuruti aturan-aturan
yang sesuai dengan norma- norma kesusilaan yang berlaku.
Akhlak bernegara
Mereka yang sebangsa denganmu adalah warga masyarakat
yang berbahasa yang sama denganmu, tidak segan berkorban untuk kemuliaan tanah
airmu, engkau hidup bersama mereka dengan nasib dan penanggungan yang sama. Dan
ketahuilah bahwa engkau adalah salah seorang dari mereka dan engkau timbul
tenggelam bersama mereka.
Akhlak beragama
Akhlak ini merupakan akhlak atau kewajiban manusia
terhadap tuhannya, karena itulah ruang lingkup akhlak sangat luas mencakup
seluruh aspek kehidupan, baik secara vertikal dengan Tuhan, maupun secara
horizontal dengan sesama makhluk Tuhan.
Kriteria perbuatan baik atau buruk yang
akan diuraikan di bawah ini sebatas berbagai aliran atau faham yang pernah dan
terus berkembang sampai saat ini. Khusus penilaian perbuatan baik dan buruk
menurut agama, adat kebiasaan, dan kebudayaan tidak akan dibahas disini.
1. Aliran Etika
Naturalisme
Aliran ini berpendirian bahwa sesuatu dalam
dunia ini menuju kepada suatu tujuan dengan memenuhi panggilan nature/alam
setiap sesuatu akan dapat sampai kepada kesempurnaan. Yang menjadi ukuran baik
dan buruknya perbuatan manusia adalah perbuatan yang sesuai dengan fitrajh /
naluri manusia itu sendiri.
Yang menjadi ukuran baik atau buruk adalah
:”apakah sesuai dengan keadaan alam”, apabila alami maka itu dikatakan baik,
sedangkan apabila tidak alami dipandang buruk. Jean Jack Rousseau mengemukakan
bahwa kemajuan, pengetahuan dan kebudayaan adalah menjadi perusak alam semesta.
2. Aliran Etika
Hedonisme
Aliran hedonisme berpendapat bahwa aliran baik
dan buruk adalah kebahagiaan karenanya suatu perbuatan dapat mendatangkan
kebahagiaan maka perbuatan itu baik dan sebaliknya perbuatan itu buruk apabila
mendatangkan penderitaan.
Menurut aliran ini, setiap manusia selalu
menginginkan kebahagiaan yang merupakan dorongan daripada tabiatnya dan
ternyata kebahagiaan merupakan tujuan akhir dari hidup manusia, oleh karenanya
jalan yang mengantarkan ke arahnya dipandang sebagai keutamaan (perbuatan mulia
/ baik).
Maksud dari kebahagiaan dari aliran ini adalah
hedone, yakni kelezatan, kenikmatan, dan kepuasan rasa serta terhindar dari
penderitaan. Ada juga yang mengartikan kelezatan adalah ketentraman jiwa yang
berarti keimbangan badan.
Oleh karena itu,menurut aliran ini kelezatan
merupakan ukuran dari perbuatan, jadi perbuatan dipandang baik menurut kadar
kelezatan yang terdapat pada perbuatan yang dilakukan seseorang dan sebaliknya
perbuatan itu buruk menurut kadar penderitaan yang ada pada diri seseorang
tersebut.
Aliran hedonisme, bahkan tidak hanya mengajarkan
agar manusia mencari kelezatan, karena pada dasarnya tiap-tiap perbuatan ini
tidak sunyi dari kelezatan tetapi aliran ini justru menyatakan hendaklah
manusia itu mencari sebesar-besar kelezatan, dan seandainya dia disuruh memilih
diantara beberapa perbuatan wajib ia memilih yang paling besar kelezatannya.
Maksud paham ini adalah manusia hendaknya
mencari kelezatan sebesar-besarnya. Dan setiap perbuatannya diarahkan pada
kelezatan. Jika terjadi keraguan dalam memilih suatu perbuatan harus
diperhitungkan banyak sedikitnya kelezatan dan kepedihannya. Sesuatu yang baik
apabila diri seorang yang melakukan perbuatan mengarah kepada tujuan.
Aliran hedonisme terbagi menjadi dua, yaitu:
a. Egoistic Hedonisme
Dalam aliran ini dinyatakan bahaw ukuran
kebaikan adalah kelezatan diri pribadi orang yang berbuat. Karena itu, dalam
aliran ini mengharuskan kepada para pengikutnya agar mengerahkan segala
perbuatannya untuk mengahasilkan kelezatan tersebut yang sebesar-besarnya.
b. Universalistic Hedonisme
Aliran ini mendasarkan ukuran baik dan buruk
pada “kebahagiaan umum”. Aliran ini mengharusakan agar manusia dalam hidupnya
mencari kebahagiaan yang sebesar-besarnya untuk sesama manusia dan bahkan pada
sekalian mahkluk yang berperasaan. Jadi baik buruknya sesuatu didasarkan atas
ada kesenangan atau tidaknya sesuatu itu bagi umat manusia. Kalau memang
sesuatu itu lebih banyak kelezatannya dan membawa kemanfaatan maka hal itu baik
tapi sebaliknya kalau membawa akibat penderitaan maka hal itu berarti buruk.
3. Aliran Etika
Utilitarisme
Paham ini berpendapat bahwa yang baik adalah
yang bermanfaat hasilnya dan yang buruk hasilnya tidak bermanfaat. Manfaat
disini adalah kebahagiaan untuk sebanyak-banyak manusia dari segi jumlah atau
nilai.
Maksud dari paham ini adalah agar manusia dapat
mencari kebahagiaan sebesar-besarnya untuk sesama manusia atau semua mahkluk
yang memiliki perasaan.
Kelezatan menurut paham ini bukan kelezatan yang
melakukan perbuatan itu saja tetapi kelezatan semua orang yang ada hubungannya
dengan perbuatan itu. Wajib bagi si pembuat dikala menghitung buah
perbuatannya, jangan sampai berat sebelah darinya tetapi harus menjadikan sama
antara kebaikan dirinya dan kebaikan orang lain.
4. Aliran Etika Idealisme
Aliran Idealisme dipelopori oleh Immanuel Kant
(1724-1804) seorang berkebangsaan Jerman. Pokok-pokok pandangan etika idealisme
dapat disimpulkan sebagai berikut:
a. Wujud yang paling dalam arti kenyataan
(hakikat) ialah kerohanian. Seorang berbuat baik pada prinsipnya bukan karena
dianjurkan oleh orang lain melainkan timbul dari dirinya sendiri dan rasa
kewajiban.
b. Faktor yang paling penting
mempengaruhi manusia adalah “kemauan” yang melahirkan tindakan konkret dan
menjadi pokok di sini adalah “kemauan baik”.
c. Dari kemauan yang baik
itulah dihubungkan dengan sesuatu hal yang menyempurnakannya yaitu “rasa
kewajiban”.
Menurut aliran ini “kemauan” merupakan faktor
terpenting dari wujudnya tindakan-tindakan yang nyata. Kemauan perlu
disempurnaka dengan perasaan kewajiban agar terwujud tindakan yang baik.
5. Aliran Etika
Vitalisme
Perbuatan baik menurut aliran ini adalah orang
yang kuat, dapat memaksakan dan menekankan kehendaknya. Agar berlaku dan
ditaati oleh orang-orang yang lemah. Manusia hendaknya mempunyai daya hidup
atau vitalita untuk menguasai dunia dan keselamatan manusia tergantung daya
hidupnya.
Aliran ini merupakan bantahan terhadap aliran
naturalism sebab menurut faham vitalisme yang menjadi ukuran baik dan buruk itu
bukan alam tetapi “vitae” atau hidup (yang sangat diperlukan untuk hidup).
Aliran ini terdiri dari dua kelompok yaitu (1) vitalisme pessimistis (negative
vitalistis) dan (2) vitalisme optimistis. Kelompok pertama terkenal dengan
ungkapan “homo homini lupus” artinya “manusia adalah serigala bagi manusia yang
lain”. Sedangkan menurut aliran kedua “perang adalah halal”, sebab orang yang
berperang itulah (yang menang) yang akan memegang kekuasaan. Tokoh terkenal
aliran vitalisme adalah F. Niettsche yang banyak memberikan pengaruh terhadap
Adolf Hitler.
6. Aliran Etika
Teologi
Aliran ini menyatakan bahwa baik dan buruknya
perbuatan sekarang tergantung dari ketaantan terhadap ajaran Tuhan lewat kitab
sucinya. Hanya saja aliran ini tidak menyebutkan dengan jelas Tuhan dan Kitab
sucinya.
Yang menjadi ukuran baik-buruknya perbuatan
manusia adalah didasarkan kepada ajaran Tuhan. Segala perbuatan yang diperintah
Tuhan itu perbuatan yang baik dan segala perbuatan yang dilarang oleh Tuhan itu
perbuatan buruk.
Implementasi Akhlak dalam Kehidupan Bersama
Butir-butir
akhlak di dalam Al-Qur’an dan Al-Hadits bertebaran laksana gugusan
bintang-bintang di langit. Selain satu butir dapat dilihat dari berbagai segi, juga mempunyai
kaitan bahkan persamaan dengan taqwa. Karena itu hanya dicantumkan beberapa
saja sebagai contoh, diantaranya adalah :
1.
Akhlak terhadap Allah SWT. antara lain :
a.
Al-Hubb, yaitu mencintai Allah SWT. melebihi cinta kepada apa dan siapapun
juga dengan mempergunakan firman-Nya
dalam Al-Qur’an sebagai pedoman hidup dan kehidupan; Kecintaan kita kepada
Allah SWT. diwujudkan dengan cara melaksanakan segala perintah dan menjauhi
segala larangan-Nya.
b. Al-Raja, yaitu mengharapkan karunia
dan berusaha memperoleh keridhaan Allah SWT.
c.
As-Syukr, yaitu mensyukuri nikmat dan karunia Allah SWT.
d. Qana’ah, yaitu menerima dengna ikhlas
semua qadha dan qadhar Allah SWT. setelah berikhtiar maksimal
(sebanyakbanyaknya, hingga batas tertinggi).
e.
Memohon ampun hanya kepada Allah SWT.
f. At-Taubat, yaitu bertaubat hanya kepada
Allah SWT. Taubat yang paling tinggi adalah taubat nasuha yaitu taubat
benarbenar taubat, tidak lagi melakukan perbuatan sama yang dilarang Allah SWT.
dan dengan tertib melaksanakan semua perintah dan menjauhi segala larangan-Nya.
g.
Tawakal berserah diri kepada Allah SWT.
2.
Akhlak terhadap Makhluk, dibagi dua yakni :
A. Akhlak terhadap Manusia, diantaranya :
(1).
Akhlak terhadap Rasulullah (Nabi Muhammad SAW.), diantaranya.
a.
Mencintai Rasulullah SAW. secara tulus dengan mengikuti semua sunnahnya.
b.
Menjadikan Rasulullah SAW. sebagai idola, suri teladan dalam hidup dan
kehidupan.
c.
Menjalankan apa yang disuruh-Nya, tidak melakukan apa yang dilarang-Nya.
(2).
Akhlak terhadap Orang Tua (birrul walidain), diantaranya :
a.
Mencintai mereka melebihi cinta kepada kerabat lainnya.
b.
Merendahkan diri kepada keduanya diiringi perasaan kasih sayang.
c.
Berkomunikasi dengan orang tua dengan hikmat, mempergunakan kata-kata lemah
lembut.
d.
Berbuat baik kepada bapak-ibu dengan sebaikbaiknya, dengan mengikuti nasehat
baiknya, tidak menyinggung perasaan dan menyakiti hatinya, membuat bapak-ibu
ridha.
e. Mendo’akan keselamatan dan keampunan bagi
mereka kendatipun seorang atau kedua-duanya telah meninggal dunia.
(3).
Akhlak terhadap Diri Sendiri, diantaranya :
a.
Memelihara kesucian diri.
b. Menutup aurat (bagian tubuh yang tidak
boleh kelihatan, menurut hukum dan akhlak (Islam).
c.Jujur
dalam perkataan dan berbuat ikhlas serta rendah diri.
d. Malu
melakukan perbuatan jahat.
e.
Menjauhi dengki dan menjauhi dendam.
f.
Berlaku adil terhadap diri sendiri dan orang lain.
g.
Menjauhi segala perkataan dan perbuatan sia-sia.
(4).
Akhlak terhadap Keluarga, diantaranya :
a.
Saling membina rasa cinta dan kasih sayang dalam kehidupan keluaraga
b.
Saling menunaikan kewajiban untuk memperoleh hak.
c.
Berbakti kepada bapak-ibu.
d.
Mendidik anak-anak dengan kasih sayang.
e. Memelihara hubungan silahturrahim dan
melanjutkan silahturrahmi yang dibina orang tua yang telah meninggal dunia.
(5).
Akhlak terhadap Tetangga, diantaranya :
a.
Saling mengunjungi.
b.
Saling bantu di waktu senang, lebih-lebih tatkala susah.
c.
Saling beri-memberi, saling hormat-menghormati.
d.
Saling menghindari pertengkaran dan permusuhan.
(6).
Akhlak terhadap Masyarakat, diantaranya :
a.
Memuliakan tamu.
b.
Menghormati nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat bersangkutan.
c.
Saling menolong dalam melakukn kebajikan dan taqwa.
d. Menganjurkan anggota masyarakat termasuk
diri sendiri berbuat baik dan mencegah diri sendiri dan orang lain melakukan
perbuatan jahat (mungkar).
e.
Memberi makan fakir miskin dan berusaha melapangkan hidup dan kehidupannya.
f.
Bermusyawarah dalam segala urusan mengenai kepentingan bersama.
g.
Mentaati putusan yang telah diambil.
h.
Menunaikan amanah dengan jalan melaksanakan kepercayaan yang diberikan
seseorang atau masyarakat kepada kita.
i.
Menepati janji.
B. Akhlak terhadap Bukan Manusia (Lingkungan
Hidup), diantaranya :
a.
Sadar dan memelihara kelestarian lingkungan hidup.
b. Menjaga dan memanfaatkan alam terutama
hewani dan nabati, flora dan fauna yang sengaja diciptakan AllahSWT. untuk
kepentingan manusia dan makhluk lainnya.
c.
Sayang pada sesama makhluk.
Butir-butir
di atas merupakan akhlak yang baik. Ulama akhlak menyatakan bahwa akhlak yang
baik merupakan sifat para Nabi danorang-orang shiddiq, sedangkan akhlak yang
buruk merupakan sifat setan dan orang-orang tercela. Dengan demikian, akhlak
terbagimenjadi dua jenis, yaitu :
1. Akhlak baik atau terpuji (Akhlaqul Mahmudah),
yakni perbuatan baik terhadap Allah SWT., terhadap sesama manusia dan makhluk
lainnya.
2. Akhlak yang tercela, (Akhlaqul Madzmumah),
yakni perbuatan buruk terhadap Allah SWT., perbuatan buruk dengan sesama manusia
dan makhluk lainnya.
Berikut akan diuraikan secara singkat mengenai
akhlak buruk :
(1).
Akhlak buruk terhadap Allah SWT. :
a. Takabbur (Al-Kibru), yaitu sikap yang
menyombongkan diri, sehingga tidak mau mengakui kekuasaan Allah SWT. di alam
ini, termasuk mengingkari nikmat Allah SWT. yang adapadanya.
b. Musyrik (Alk-Syirk), yaitu sikap yang
mempersekutukan Allah SWT. dengan makhluk-Nya, dengan cara menganggapnya bahwa
ada suatu makhluk yang menyamai kekuasaan-Nya.
c. Murtad (Ar-Riddah), yaitu sikap yang
meninggalkan atau keluar dari agama Islam, untuk menjadi kafir.
d. Munafiq (An-Nifaaq), yaitu sikap yang
menampilkan dirinyabertentangan dengan kemauan hatinya dalam kehidupan
beragama.
e. Riya’ (Ar-Riyaa’), yaitu sikap yang selalu
menunjuknunjukkan perbuatan baik yang dilakukannya. Maka ia berbuat bukan
karena Allah SWT. melainkan hanya ingindipuji oleh sesama manusia. Jadi
perbuatan ini kebalikan darisikap ikhlas.
f. Boros atau Berfoya-foya (Al-Israaf), yaitu
perbuatan yang selalu melampaui batas-batas ketentuan agama. AllahSWT. melarang
bersikap boros, karena hal itu dapat melakukan dosa terhadap-Nya, merusak
perekonomian manusia, merusak hubungan sosial dan merusak diri sendiri.
g. Rakus atau Tamak (Al-Hirshu atau
Ath-Thama’u), yaitusikap yang tidak pernah merasa cukup, sehingga selalu ingin
menambah apa yang seharusnya ia miliki, tanpamemperhatikan orang lain. Hal ini
termasuk kebalikan dari rasa cukup (Al-Qanaa’ah) dan merupakan akhlak buruk
terhadap Allah SWT karena melanggar
ketentuan laranganNya.
(2). Akhlak buruk terhadap Manusia :
a. Mudah marah (Al-Ghadhab), yaitu kondisi
emosi seseorang yang tidak dapat ditahan oleh kesadarannya,sehingga menonjolkan
sikap dan perilaku yang tidakmenyenangkan orang lain.
b. Iri hati atau dengki (Al-Hasadu atau
Al-Hiqdu), yaitu sikap kejiwaan seseorang yang selalu mengingingkan agar
kenikmatan dan kebahagiaan hidup orang lain bisa hilangsama sekali.
c. Mengadu-adu (An-Namiimah), yaitu perilaku
yang suka memindahkan perkataan seseorang kepada orang lain, dengan maksud agar
hubungan sosial keduanya rusak.
d. Mengumpat (Al-Ghiibah), yaitu perilaku
yang sukamembicarakan keburukan seseorang kepada orang lain.
e. Bersikap congkak (Al-Ash’aru), yaitu sikap
dan perilakuyang menampilkan kesombongan, baik dilihat dari tingkah lakunya
maupun dari perkataannya.
f. Sikap kikir (Al-Bukhlu), yaitu sikap yang
tidak maumemberikan nilai materi dan jasa kepada orang lain.
g. Berbuat aniaya (Azh-Zhulmu), yaitu suatu
perbuatan yang merugikan orang lain, baik kerugian materiil maupun non
materiil. Dan ada juga yang mengatakan bahwa seseorang yang mengambil hak-hak
orang lain termasuk perbuatan dzalim (menganiaya).